Selasa, 10 Desember 2013

PHP, NO WAY



PHP,  NO WAY !!

It’s so far so good..
Sejauh mataku memandang, dan tatkala jantung berdetak menghitungi detikan menit. Ketika itu hanya ada satu yang terlihat “ sheila fauzia “, nama yang selalu teukir digoresan tinta buku diaryku, “ just make her love mine “ sederet ungkapan cinta dibuku diary. Pertemuan yang begitu berarti dimulai dari hari tanggal dan tempat yang istimewa. ketika itu, tak ada sedikit pun rencana untuk kenal, bertemu,dan bertatap muka dengannya langsung. Namun takdirlah yang sengaja mempertemukan. Bertepatan siang bolong yang pastinya hari itu hari penantian kakak kelasku, impian yang tak terbayangkan ketika mereka hanya bisa menunggu detik-detik jam terakhir kali disurau ini. Sungguhterharu rasanya jika aku yang harus merasakannya.
          Jam 13.00 tepat beretepatan dengan bulan juni tepatnya, pembagian door prize yang sebulan sebelum pengumumannyaorang-orang memasukan amplop berisikan jawaban pada sebuah kotak kecil yang sengaja dihias dan disediakan. Lama mataku mengincar bebangkuan yang ada di hadapannku. akhirnya tertuju pada sebuah bangku yang lumayan enak untuk kududuki, sambil mendengar pengumuman berlangsung, kulirikan mataku kesebelah kiri aku duduk secara spontan tak sengaja ternyatalirikan pertamaku, aku tergoyahkan dengan sesosok muka perempuan yang begitu menawan, pandangnan matanya selalu memasuki benak pikirannku, pandangan kedepan akhirnya terduakan saat kutemukan mata yang bersinar benerang, lalukulirikan mataku tuk yang kesekian kalinya seolah ia merespon dan tersenyum tersipuh malu melihatku.“jadiikut-ikutan geer dah”Dalam hati berkata.
Hatiku hanya bisa bertanya-tanya, tapi pada siapakah aku harus bertanya ? sempat ada rasa kecewa “ man proposes god disposes “ manusia merencanakan tuhan yang menentukan. Selang waktu pembagian door prize , ternyata namaku tidak terpanggil-panggil juga but take it as granted cause everything’s gonna be okay.Dalam hati aku berbicara “STOP kuharamkan mata ini tuk melihatinya lagi tapi sungguh aneh tapi nyata binaran matanya masih saja datang dan pergi menghampiriku seolah mirip jelangkung datang tak dijemput, pulang diantar.
Suasana kembali damai, “ inilah dia sheila fauzia pemenang berikutnya “ sela ka winda mengumumkan dengan senyum manis yang menawan, akupun hanya bisa terdiam tak memperduliakan nama yang dipanggil tersebut toh aku juga gak kenal siapa dia pokoknya NO WAY. Seketika aku terdiam tanpa sepatah kata mulutku serasa terbungkam mengangap tak percaya dalam hal ini, oh itu dia “sheila fauzia” aku tersenyum sendiri kaya orang gila subhanallah.. Hatiku seakan terbang melayang menghampiri deretan lapisan bumi dan langit.
***
Adakalanya cinta tak bisa dimengerti oleh sepasang kekasih, maupun seseorang yang sedang dilanda asmara cinta. Begitu pula aku yang hanya bisa memberikan harapan palsu, sungguh aneh bila harus ditindak lanjuti saat ini karna cinta lamaku telah lama hilang terbang menjauhiku.detik-detik terakhir cintaku lenyap dengan gegosipan yang silih berganti datang dan pergi. Ketika itu matahari bersinar terang, rerumputan tergugahi dengan sorotan dan pantulan cahaya dari kejauhan, burung-burng berterbangan diatas pepohonan cemara. Hatiku selalu tergugahi oleh sepercik pantulan sinar matahari tak tahu kenapa sinarnya selalu mengingatkanku akan raut wajahnya.  Namun saat ini benih-benih cinta pun hinggap kembali ketika sekedatangan kedua murid perempuanku. Mereka sengaja menghampiriku saat aku duduk santai sambil membimbing mereka belajar malam, secara sepontan salah seorang diantara mereka berkata,
“Ustad, boleh kita bicara (curhat) secara enam mata?”.hati kecilkutertekan untuk bertanya “mengapa harus ada rahasia-rahasian segala, pake enam mata pula ? “. Tapi tak apalah seandainya aku mampu tuk meringankan keluhannya kenapa tidak, toh aku seorang ustad sambil tersenyum kecil menyadarinya.“ Ia bisa, memang kalian mau curhat apa ?“ tanyaku dengan nada bijak. Keduanya tersenyum tersipuh malu mungkin mereka berpikir bagaimana harus memulai penbicaraan, “rahma ayo dong ngomong katanya mau curhat tentang cinta, aku udah temenin kamu loh” paksa anisa dengan bahasa jawanya. “ ia-ia sabar dikit ngapa, ini kan malu “ rahma mulai membantah. “ ayo tak usah malu segala, anggap saja ustad ini kaka atau orang tuamu, heheh” kata bijakku mulai terlontarkan, namun kenyataannya kata bijakku masih ecek-ecek dan terpaksa pula. Selang beberapa menit kemudian rahma memberanikan diri untuk bicara, “ ustad, sebenere aku meh curhat tentang cinta loh, tapi ustad jangn bilang ke orangnya langsung ya ? please” pinta rahma dengan medok bahasa Indonesia bercampur jawanya. “nggeh” kataku. Sementara anisa senyum-senyum sendiri mendengar aku berbicara bahasa jawa, memang asing terdengarnya karena suaraku belum tergolong jawa asli sehingga masih tercampur logat sundanya.“ begini tad, waktu aku masih duduk dikelas satu SMP aku sudah kenal cowo namanya wildan. Aku sering smsan, telponan, dan setiap ketemu dikelas atau dijalanpun kita selalu senyum tebar pesona, aku merasa senang dan dicintai saat itu.Sempat suatu ketika pas waktu liburan aku mengikat sebuah janji untuk bertemu dengannya disebuah tempat, aku dijemputnya dan berboncengan motor, Serasa dunia milik kita berdua saat itu.tapiselang libur panjang kita kembali ke pondok. Nah, ketika awal-mula dipondok saat kita bertemu masih terlihat senyum manisnya.Dan kita masih surat-suratan saling tukar cerita kita.Tak lama kejadian itu berlangsung, sekarang aku telah duduk dibangku kelas dua SMP, harapan dikelas satu dulu untuk bisa duduk sekelas dengannya tercapai pula, aku merasa senang dan wildan pun demikian.Setelah kita jalani bersama canda dan tawa pun terjalin begitu indah surat-menyurat saat itu tidak terperlukan lagi karena kita langsung bicara dalam kelas namun secara hakikat disiplinnya dilarang tapi kita memberanikan diri untuk melanggarnya. Selang beberapa bulan kemudian wildan sering sekali berubah, pernah suatu ketika ia memalingkan senyumanku. . . .

to be continued