Makalah
Gerakan sosial
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Sosiologi Politik
Yang dibina
oleh : Popon
Munawaroh, S.H., M.H
Disusun Oleh:
Kelompok III(Tiga)
Muhammad
Iqbal Tawaqal (1138010175)
Muhammad
Thalha Ma’sum (1138010176)
Nopi
fadhilah (1138010187)
Norma Nisa
Oktavia (1138010188)
Obay Ayudi (1138010198)
JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatknan kehadirat Allah
SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah “Gerakan Sosial” ini. Shalawat dan salam kami panjatkan kepada
junjunan alam semesta yaitu Nabi besar Muhammad SAW, kepada sahabat-sahabatnya
dan sampai pada kita sebagai umat-Nya.
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah
Sosiologi Politik yang kami sajikan dari berbagai sumber. Dan penuh
dengan kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya Makalah ini dapat
kami selesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, karna kami masih dalam tahap pembelajaran.kita
sangat berharap makalah ini bermanfaat bagi kita pribadi khususnya dan bagi
semua pihak pada umumnya.
Bandung, 26November 2014
Penyusun
Conten
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa kini kita semua sering
menjumpai aksi-aksi demontrasi yang dijalankan oleh gerakan-gerakan sosial baik dari kalangan mahasiswa maupun elemen
masyarakat.Ini semua karena mereka peduli terhadap bangsa Indonesia tercinta
ini.tak bisa di pungkiri bahwasannya gerakan-gerakan sosial sangatlah
berpengaruh terhadap perjalanan perkembangan bangsa Indonesia ini.
Penulis akan membawa pembaca untuk
melihat aksi dari gerakan sosial,
misalanya gerakan mahasiswa tahun 1998 merupakan sebuah contoh gerakan sosial
yang berhasil dalam misinya. Memang tidak semua slogan yang di inginkan dalam
gerakan mahasiswa bisa terwujud namun langkah-langkah dan karakteristik yang
diambil dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Indonesia selama tahun 1998 menunjukkan
sebuah ciri-ciri gerakan sosial.Saat
Presiden Soeharto mengundurkan diri 21 Mei 1998, gerakan mahasiswa yang marak
di hampir seluruh kampus di Indonesia mencapai klimaksnya.Sesudah itu
perlahan-lahan situasi kampus kembali ke kehidupan perkuliahan.Boleh dikatakan,
gerakan sosial seperti itu seperti sebuah gerakan resi yang turun gunung
manakala situasi membahayakan negara memanggilnya.
Mahasiswa yang
muncul sebagai suatu segmen masyarakat yang
terdidik, terpengaruh budaya pendidikan Barat dan belajar menganalisa
masyarakatnya keluar dari tradisi-tradisi umumnya yang ingin menempatkan
“Pemerintah” sebagai sebuah institusi yang serba benar. Para
gerakan-gerakan sosial dari semua kalangan muncul itu bukan karena ingin narsis
kepada para wartawan.Tapi patut ditekankan bahwa kemunculan mereka adalah sebab
dari ketimpangan-ketimpangan para rezim yang berkuasa dan penindasan-penindasan
yang dilakukan oleh para rezim.Seperti, biaya sekolah mahal sampai-sampai anak
miskin dilarang sekolah, bahan makan sembako mahal, dan penindasan-penindasan
lainnya.Bahkan dalam dunia pendidikan bagi dunia mahasiswa itu juga tidak lepas
dari kenakalan yang dilakukan oleh rezim yang berkuasa.
B. Rumusan Masalah
Dari
permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis memandang perlu adanya
pembatasan yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)
Bagaimana Pengertian dan Defisi Gerakan Sosial?
2)
Apa Sajakah Bentuk-Bentuk Gerakan Sosial?
3)
Bagaimana Gerakan Sosial
dalam Perspektif Sosiologi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui Pengertian dan Defisi Gerakan Sosial
2.
Mengetahui Bentuk-bentuk Gerakan Sosial
3.
Mengetahui Gerakan Sosial dalam Perspektif Sosiologi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Gerakan Sosial
Gerakan social merupakan salah satu bentuk utama dari
perilaku kolektif. Secara formal gerakan social didefinisikan sebagai suatu
kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk
menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok
yang mencakup kolektivitas itu sendiri. Batasan yang sedikit kurang formal dari
gerakan social adalah suatu usaha kolektif yang bertujuan untuk menunjang atau
menolak perubahan.
Gerakan social lahir pada mulanya sebagai suatu kelompok
orang yang tidak puas terhadap keadaan.Kelompok itu semula tidak terorganisasi
dan terarah, serta tidak memiliki rencana. Orang-orang saling membagi duka dan
mengeluh; para cendikiawan menulis karangan; para warga Negara menulis surat
pembaca editor; orang melakukan eksperimen menyangkut bentuk eksperimen baru.
Pemimpin dan organisasi pada kebanyakan gerakan biasanya muncul tidak sama
setelah situasi demikian tercipta.
Setelah mengalami tahap aktif yang jarang melebihi masa satu
atau dua dasawarsa, gerakan itu lalu mengalami penurunan kegiatan.Kadangkala
gerakan itu sempat menciptakan organisasi permanen atau suatu perubahan (hak pilih bagi kaum wanita), dan sering kali gerakan itu hilang begitu saja tanpa
bekas yang berarti (gerakan Esperanto yang menuntut adanya bahasa universal).[1]
Dalam A Dictionary of Sociology,
gerakan sosial didefinisikan sebagai, “upaya terorganisir yang dilakukan oleh
beberapa pihak untuk merubah atau ‘menolak’ perubahan yang terjadi dalam salah
satu sendiatau beberapa sendikehidupan masyarakat.” Istilah tersebut untuk
pertama kali digunakan oleh Claude Henri Saint Simon untuk mengidentifikasi
gerakan “protes” masyarakat yang terjadi di Perancis pada abad ke-18Di era
kontemporer, terminus “gerakan sosial” menunjuk pada suatu kelompok atau
organisasi yang berada di luar mainstreamsistem pemerintahan yang
berlaku. Dengan demikianlebih tampak sebagai suatu bentuk tindakan “oposisi”
atas status quo. Dalam hal ini, disiplin sosiologi melakukan kajian
atasnya terkait strategi rekruitmen, dinamika serta dampak yang ditimbulkan
dari suatu kelompok atau organisasi sosial terhadap kehidupan masyarakatlebih
pada kajian sosiologi organisasi.
Karakter dan
penyebab lahirnya gerakan social setidaknya memiliki empat karakter utama,
yaitu:
1.
Tindakan kolektif
2.
Bertujuan
3.
Terorganisir
4.
Dan bersifat spontan.
Namun kiranya,
perlu dicatat bahwa gerakan sosial berbeda dengan “gerakan politik” meskipun
pada ranah yang berlainan keduanya memiliki pertautan yang begitu erat dan tak
terpisahkan. Gerakan sosial umumnya lahir dan diinisiasi oleh beberapa individu
atau kolektif dalam masyarakat semisal kaum intelektual, cendekiawan, kelompok
atau organisasi yang memiliki kesadaran berikut perhatian khusus terhadap
masyarakat dan lingkungannya. Tegas dan jelasnya, berbagai pihak pencetus
gerakan sosial tersebut tak terintegrasi oleh mainstream sistem politik
yang berlakubukan pelaku pemerintahan. Namun, ada kalanya pula ketika elit
pemerintahan membelot dan menggandeng masyarakat untuk melakukan perubahan,
dapat dikategorikan sebagai bentuk gerakan sosial mengingat keterlibatan sipil
di dalamnya.
Di satu sisi,
gerakan politik diinisiasi oleh mereka yang terintegrasi dengan sistem
pemerintahan yang berlaku, sebagai misal termanifestasikan dalam bentuk manuver
politik, koalisi dan lain sebagainya. Begitu pula, sebentuk gerakan masyarakat
yang mengatasnamakan partai tertentu di jalanan tidaklah dapat disebut sebagai
gerakan sosial mengingat ter-integrasi-nya mereka dalam sistem politik secara
tak langsung berikut ditemuinya kontrol (arahan) partai secara terpusat.
Pada ranah yang berlainan, Mc Adam dan
Tarrow menguraikan penyebab mungkinnya suatu gerakan sosial muncul ke
permukaan. Menurut mereka, terdapat empat elemen (variabel) yang mempengaruhinya antara lain:
1)
Lembaga politik yang mulai mengalami
keterbukaan
2)
Tengah tercerai-berainya keseimbangan
politik, sedang keseimbangan baru belum terbentuk.
3)
Terjadinya konflik di antara para elit
politik.
4)
Para “pelaku perubahan” digandeng oleh
para elit pemerintahan untuk melakukan perubahan.
“Kesadaran”:
Sebab Utama Lahirnya Gerakan SosialKiranya, tak ada yang lebih penting selain term
“kesadaran” ketika kita berbicara mengenai beragam bentuk emansipatoris
individu maupun kolektif. Marx menelurkan konsep true conciousness
‘kesadaran yang benar’ pada kaum buruh guna mendobrak dan menghancurkan tatanan
feodal-kapitalis demi terwujudnya masyarakat egaliter, “sama rasa, sama rata”.
Sartre menggunakan istilah “otentitas” bagi individu yang mampu melepaskan diri
dari berbagai bentuk belenggu dan menemui dirinya sebagai entitas yang faktual
bebas “sebebas-bebasnya”. Bordieu mencetuskan istilah doxa bagi setiap
individu maupun kolektif yang “sukses” melakukan hijrah dari penindasan
habitus lama guna beralih pada habitus baru yang emansipatoris.
Secara ringkas
dan sederhana, kesadaran dapat diartikan sebagai suatu bentuk pola pikir yang
menginsyafi bahwa segala sesuatu tidaklah tercipta secara sui generic
‘apa adanya’, melainkan melalui serangkaian proses berikut pentahapan yang
mendahuluinya di mana setiap kita memiliki “kuasa” guna mempengaruhi, merombak
bahkan menghancurkannya. Dalam tataran sosiologi kontemporer, konsep kesadaran
dan keterkaitannya dengan fenomena gerakan sosial menemui bentuknya pada ranah
pengkajian “sosiologi imajinasi” C. Wright Mills serta “sosiologi reflektif”
Mahzab Frankfurt (Herbert Marcuse-Theodor Adorno-Max Hokheimer).
B.
Bentuk-bentuk Gerakan Sosial
Disekitar kita banyak
terdapat macam-macam gerakan sosial.Seperti halnya gerakan buruh, gerakan
petani, gerakan mahasiswa, gerakan religius, gerakan sosial, gerakan radikal,
gerakan ideologi, dan kalau kita menganalisis secara terperinci maka sangat
banyak macam-macam gerakan sosial yang tumbuh di dalam tataran masyarakat.
Karena keragaman
gerakan sosial sangat besar, maka berbagai ahli sosiologi mencoba
menklarifikasikan dengan menggunakan kriteria tertentu.Membentuk Gerakan Sosial
menjadi enam bentuk, yaitu:[2]
1.
Gerakan Perpindahan
Orang yang kecewa
bisa saja menginginkan perpindahan.Manakala banyak yang melakukan perpindahan
ke suatu tempat pada waktu yang bersamaan, maka hal tersebut disebut gerakan
perpindahan social. Beberapa contoh gerakan seperti itu ialah migrasi
orang-orang Irlandia ke Amerika Serikat setelah terjadi kegagalan panen kentang,
kembalinya orang-orang yahudi ke Israel, yang dikenal sebagai istilah zionisme,
perlarian dari orang-orang Jerman Barat sebelum mereka terkungkung oleh Tembok
berlin, dan lain-lain.
2.
Gerakan Ekspresif
Bilamana orang tidak
mampu pindah secara mudah dan mengubah keadaan secara mudah pula, maka mereka
mungkin saja akan mengubah sikap mereka. Melalui gerakan ekspresif orang
mengubah reaksi mereka terhadap kenyataan, bukannya berupaya mengubah
kenyataannya itu sendiri.Terdapat banyak ragam gerakan ekspresif, mulai dari
music, dan busana sampai dengan bentuk yang serius (berbagai gerakan keagamaan, dan
aliran kepercayaan).Gerakan
ekspresif dapat membantu orang untuk menerima kenyataan yang biasa muncul
dikalangan orang tertindas. Meskipun demikian, cara seperti itu berkemungkinan
untuk menimbulkan perubahan tertentu.
3.
Gerakan Utopia
Gerakan seperti ini
merupakan upaya untuk menciptakan suatu masyarakat sejahtera dalam sekala
kecil.Model tersebut dapat dicontoh dan mungkin dapat diterapkan pada
masyarakat luas.Di Amerika Serikat pernah terdapat puluhan komunitas
utopia.Tidak banyak dari sekian komunitas itu mampu bertahan sampai beberapa
tahun.Barangkali gerakan utopia yang paling berhasil belakangan ini adalah
gerakan kibut Israel.
4.
Gerakan Reformasi
Gerakan ini merupakan upaya untuk memajukan masyarakat tanpa banyak
mengubah struktur dasarnya.Gerakan semacam ini biasanya muncul di Negara-negara
demokratis, sebaliknya jarang terjadi di Negara-negara yang tidak membenarkan
perbedaan pendapat.Dalam sejarah Amerika Serikat tercatat puluhan gerakan
reformasi, misalnya gerakan abolisi (penghapusan), misalnya gerakan pelarangan minuman keras, gerakan kaum
wanita, gerakan penciptaan lingkungan, gerakan kaum wadam, dan masih banyak lagi.Ratusan
benih gerakan reformasi lainnya tidak sempat tumbuh sebagai gerakan reformasi
yang sebenarnya.
5.
Gerakan Revolusioner
Revolusi social
merupakan gerakan perubahan system social yang berlangsung secara besar-besaran
dan tiba-tiba, serta biasanyamenggunakan kekerasan. ‘pembentrokan istana’, yang
tandai oleh perubahan penguasa tanpa adanya perubahan sistem kelas social atau
distribusi kekuasaan dan pendapatan dikalangan kelompok masyarakat, tidak
termasuk dalam klasifikasi revolusi social. Para orang revolusioner pada
umumnya menentang pengikut gerakan reformasi, karena orang-orang revolusioner
berkeyakinan bahwa reformasi yang berarti tidak mungkin tercipta bila mana
sistem social yang ada tetap berlaku.
Proses terciptanya
revolusi dapat dilihat pada revolusi Iran yang terjadi pada masa itu
a.
Menyebarluasnya
perasaan ketidakpuasan dan menurunnya dukungan terhadap rezim yang berkuasa (orang-orang Iran di dalam dan di
luar negeri melakukan demontrasi yang menentang Shah Iran);
b.
Meningkatnya
kekacauan, kerusuhan, dan pemboman, yang disertai dengan ketidak mampuan
pemerintah menciptakan ketenangan, kecuali dengan menggunakan penekanan keras;
c.
Digulingkannya
pemerintah (Shah
Iran melarikan diri) bersamaan dengan menyatunya angkatan
bersenjata ke dalam gerakan revolusi.
Revolusi sosial merupakan satu transformasi menyeluruh tatanan sosial,
termasuk didalamnya institusi pemerintah dan sistem strafikasi.Revolusi di
Rusia pada tahun 1917 dan revolusi di Tiongkok pada tahun 1949 dapat dimasukan
dalam kategori ini, karena di kedua masyarakat tersebut sistem budaya, sosial,
politik dan ekonomi lama dirombak menyeluruh diganti sistem komunis. Apa yang
membedakan revolusi dengan gerakan sosial lain? Menurut Giddens, suatu revolusi
harus memenuhi tiga kriteria, antara lain:
1. Melibatkan gerakan sosial massal
2. Menghasilkan proses reformasi dan
perubahan
3. Melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan
Dengan demikian
menurut Giddens, revolusi perlu dibedakan dengan kudeta dan pembrontakan,
karena menurutnya kudeta hanya melibatkan penggantian pemimpin dan tidak
mengubah institusi politik sedangkan pembrontakan tidak membawa perubahan nyata
meskipun melibatkan ancaman atau penggunaan kekerasan.
Jika gerakan hanya
bertujuan untuk mengubah senagian institusi dan nilai, maka nama yang diberikan
Kornblum ialah gerakan reformis (reformist movement). Atas dasar kriteria ini
gerakan Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 di Jakarta merupaskan
gerakan reformis, karena tujuan utama mereka adalah memberikan pendidikan Barat
formal kiepada putra-putri pribumi.
Gerakan yang berupa
mempertahankan nilai dan institusi masyarakat disebut Kornblum gerakan konsevatif
(conservative movement). Di Amerika Serikat, misalnya usaha kaum feminis
ditahun 1980-anj untuk melakukan perubahan pada konstitusi demi menjamin
persamaan hak lebih besar antara laki-laki dan perempuan (ERA atau Equal Rights
Amandment) ditentang dan akhirnya digagalkan oleh gerakan konsevatif perempuan
STOP-ERA “suatu gerakan anti feminis yang melihat sebagai ancaman terhadap
peranan perempuan dalam keluarga sebagai istri dan ibu.
Suatu gerakan yang
disebut reaksioner (reactionary movement) manakala tujuannya ialah untuk
kembali ke institusi dan nilai di masa lampau dan meninggalkan institusi dan
nilai masa kini.Contoh yang di berikan Kornblum ialah gerakan Ku Klux Klan di
Amerika Serikat.Organisasi rahasia ini berusaha mengembalikan keadaan di
Amerika Serikat ke masa lampau di kala instituisi sosial mendukung asas
keunggulan orang kulit putih di atas orang kulit hitam (White Supermacy).
6.
Gerakan Perlawanan (Resistance Movement)
Gerakan dan Ku Klux Klan lahir
dibagian selatan seusai perang saudara dan berjuang agar peran orang-orang
kulit hitam tetap tidak merubah. Gerakan seperti itu muncul kembali dalam
berbagai kurun waktu dipelbagai tempat, dan berperan sebagai gerakan pribumi
yang berupaya untuk melindungi orang-orang amerika yang sebenarnya dalam
menghadapi orang-orang kulit hitam, Katolik, asing, atheis, dan orang-orang
liberal.
Banyak sekali gerakan perlawanan dewasa ini menyatakan kekecewaan mereka
terhadap arah perkembangan bangsa Amerika.Beberapa di antaranya adalah
perkembangan bangsa Amerika.Beberapa diantaranya adalah gerakan
pendukung-kehidupan yang ingin meniadakan pengesahan aborsi, gerakan anti
pornografi, gerakan yang berupaya mengesahkan jam ibadah di sekolah, dan
gerakan lainnya.
C.
Gerakan Sosial dalam Perspektif Sosiologi
Pada gerakan social
dalam perspektif teori sosiologi terdapat empat macam, yaitu:[3]
Pertama,Marxisme.Teori Marx
menegaskan bahwa dimasyakat industry, gerakan social dan revolusi berasal dari
kontradiksi structural utama antara capital dan buruh.Merka adalah actor-aktor
utama dalam konflik social ini.Ketidakpuasan yang oleh kaum buruh inilah yang
akhirnya memunculkan gerakan social yang bertujuan memperjangkan nasib mereka.
Kedua,Interaksionisme. Simmel
(1908), memahami konflik sebagai sebuah proses interaksi. Pada tahun 1920an,
Mashab Chicago melalui teori interaksionalisme simbolik juga mengadopsi
pemikiran Simmel ini untuk mempelajari tentang perilaku kolektif dan gerakan
social.Berdasarkan asumsi bahwa individu dan kelompok orang bertindak
berdasarkan espektasi bersama dan bahwa gerakan social muncul dari suatu
situasi yang tak terstruktur atau “chaos”.Suatu situasi dimana hanya ada
sedikit pedoman cultural bersama atau pedoman itu berantakan dan harus didefinisikan
kembali.Menurut teori ini, gerakan social adalah ekspresi kolektif dari
rekonstruksi situasi social tersebut.Jadi gerakan social adalah “usaha kolektif
untuk menciptakan tatanan kehidpan yang baru (Blummer, 1939).
Ketiga,fungsionalisme structural.Ada
tiga varian dalam model gerakan social menurut teori fungsionalis structural.Pertama,
teori masyarakat massa. Teori ini mempostulatkan individu sebagai yang
teratomisasi (Kornhauser, 1959), Karena tercabut dari akarnya akibat perubahan
social yang cepat, urbanisasi dan hilangnya ikatan tradisional, terisolasi dari
relasi kelompok dan kelompok normative, maka individu didalam masyarakat massa
bebas dan cenderung berpartisipasi dalam jenis kelompok baru seperti gerakan
social. Kedua, teori tekanan sturktural.Teori ini memandang bahwa
penyebab utama kemunculan gerakan social adalah terganggunya keseimbangan dari
system social (Smelser, 1962). Nonkorespondensi antara nilai-nilai yang dianut
dengan praktek masyarakat actual, tertutupnya fungsi institusional, elemen
disfungsional yang mengganggu kelangsungan system, semuanya merupakan hal-hal
yang dapat mengganggu keseimbangan system social, memicu ketegangan structural
dan kemudian memacu gerakan social. Ketiga, teori deprivasi
relative.Teori ini merupakan salah satu “turunan” psikologi social dari teori
tekanan. Tekanan ini bukan diakibatkan oleh diskrepansi structural tetapi
berasal dari perasaan subyektif: yaitu ketika orang merasa gagal menggapai
harapannya. Kebutuhan yang terpenuhi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Perbaikan kondisi ekonomi dan politik yang membesarkan harapan dalam kelompok,
akan mudah memunculkan gerakan social apabila realitas tampak tidak sesuai
dengan harapan. Ketidakpuasan dan frustrasi akan bermunculan. Inilah yang menyebabkan
gerakan social.
Keempat, Neo-utilitarian.Asumsi dasar teori ini adalah bahwa
gerakan social berkembang dari aktivitas organisasional apabila mereka berhasil
memobilisasi sumber daya material dan simbolis seperti uang, waktu dan
legitimasi.Gerakan social dijelaskan dalam term kesempatan, strategi, mode
komunikasi dan kompetisi dengan kelompok dan otoritas yang memiliki kepentingan
yang saling bertentangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas,maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1)
Gerakan
social didefinisikan sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan dengan
kadar kesinambungan tertentu untuk menunjang atau menolak perubahan yang
terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri.
2)
Bentuk-bentuk
gerakan social tergolong ke dalam 6 gerakan social, yaitu sebagai berikut:
a. Gerakan Perpindahan
b. Gerakan Ekspresif
c. Gerakan Utopia
d. Gerakan Reformasi
e. Gerakan Revolusioner
f. Gerakan Perlawanan (Resistance Movement)
3)
Pada gerakan
social dalam perspektif teori sosiologi terdapat empat macam, yaitu: Pertama, Marxisme. Kedua,Interaksionisme. Ketiga, fungsionalisme structural. Keempat, Neo-utilitarian
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul ini.
Penulisan berharap para pembaca yang budiman dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Horton, Paul B. danHunt.Chester L. 1984.Sosiologi. Jakarta:
Gelora Aksara Pramata
Nagazumi,
Akira. 1989.Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918.
Jakarta: Grafitipers.
Sumber Lain:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar